Laman

Rabu, 01 Mei 2019

Gembala Sukacita

Aku adalah gembala kelinci
Yang bersayup dibalik bilik-bilik bambu yang tersusun membentuk kotak kotak bersekat
Di petang hari selepas maghrib
Tersisip obrolan-obrolan kecil tentang harapan duniawi
Tentang mimpi yang bernilai rendah
Dan khayalan yang melambung tapi tak setinggi yang dikhayalkan

Pagi ketika matahari menghangat
Aku adalah angin yang berlari menyusuri tepian ladang dan lahan hijau
Bertawa dengan gemericik air di sungai-sungai dangkal
Meluapkan sukacita karena tak lama teriakan-teriakan ceria akan saling berbalas

Tapi, sebegitu dangkalkah sukacitamu?
Ya, hanya sebegitu saja
Tak apa, mari tetap bersukacita
Jangan perdulikan jumlah uang koin di saku celanamu
Atau mungkin tidak ada sama sekali?
Yasudah, mari kita lupakan

Tak perlu bimbang, siang nanti saat semua teriakan itu berakhir
Mari kita petik buah-buah masam dekat makam disemberang balai desa
Biar masam, rasanya tak buruk-buruk amat bukan?
Dibanding meratapi sebungkus makanan berminyak
Bukankah lebih menyenangkan menjadi teman kampret-kampret yg datang tadi malam

Baiklah, hari sudah mulai sore
Mari berangkat membawa karung dan cerulit tumpul itu
Jangan lupa kail dan joran untuk sedikit hiburan
Jangan sampai terlambat, kelinci-kelinci kita harus gemuk
Biar nanti bisa ditukar dengan berjuta mimpi yang dangkal itu
Mari merumput