Laman

Selasa, 25 Maret 2014

Pergi dan Tinggalkan Bebanmu

lelah ? ya memang melelahkan
begitupun saya, tak terkecuali juga mereka
Anda punya obsesi ? begitu pula saya
masih banyak yang ingin saya raih di usia saya yang sangat muda ini

Tapi apa hanya karena alasan sebuah kepastian kamu harus pergi ?
Dengan tanpa kata yang jelas pada orang yang ada dibawahmu ?
Juga dengan sebuah kata maaf yang hanya sekedar basa basi kosong itu ?
ayolahh !!!  Ada cara lain yang lebih pantas untuk kau lakukan
Lebih dari sekedar mengejar obsesi karena kebiasaan barumu itu

Cobalah berpikir lebih jernih sedikit kedepan
Berpikir karena apa yang kau lakukan selama ini adalah usaha dalam ikatan kebersamaan
Bukan semata karena keinginan pribadi yang tak jelas itu

Aku mengerti kamu butuh perubahan, butuh perkembangan
Untuk memajukan kualitas hidupmu
Juga impian di masa depanmu
Tapi bukan begini cara yang pantas kau berlakukan untuk orang dibawahmu yang kamu tinggalkan

Pergi dengan segenap pekerjaan yang oranglain asing dengan cara dan tujuannya
Pergi tanpa pesan yang jelas agar semua yang ada disini terus berjalan ke arah yang tepat
memaksa semua orang yang ada disini memulai segalanya dari nol

Bukan kepergianmu yang yang aku sesalkan
Bukan juga tanpa kehadiranmu yang aku sayangkan
Tapi dari caramu meninggalkan semua ini
Aku menjadi sempat berpikir bahwa niat awalmu yang baik itu sudah hilang sejak lama
jauh sebelum hari dimana kamu putuskan kelanjutan hidupmu itu
Karena kulihat belakanga inijuga kamu terlalu sibuk berkutat dengan teman bodohmu itu
Teman pecundangmu yang tak mau berbuat atas nama pengabdian
Yang hanya berlagak benar dihadapan mereka yang punya kebijakan
Juga yag berlaku seperti pemerah susu sapi yang materialistis

Sudahlah, nasi sudah terlanjur menjadi bubur
Omong kosong bila aku hanya mengumpatmu dan teman bodohmu itu
Biarlah lelahku bertambah banyak disertai lelahmu yang kau tinggalkan


IBL39

Jumat, 14 Maret 2014

Terakhir di Ibu Kota

Hari terakhir ditempat ini
Terakhir untuk segala maksud dan tujuan
yang senantiasa beriring dengan kepastian

Ada rasa sedih, senang, haru dan kepuasan diri
Setelah sekian lama disini dan semua yang kukeluarkan untuk maksudku
akhirnya semua sudah selesai

Sedih rasanya meninggalkan segala kekumuhan dan kebisingan pasar yang sudah membiasa akhir akhir ini
Senang karena esok hari aku akan datang ketempat dimana aku bisa pulas tertidur
tentu pulang dengan perasaan yang berbeda karena tujuanku sudah dapat kubawa

Dan sekarang, semua sudah tergantung diri pribadi
Untuk melangkah lebih jauh atau diam membantu
menghabiskan waktu tanpa alasan yang memiliki tujuan yang jelas pada perbaikan

Terimakasih ibukota, terimakasih penderitaan
Segalanya adalah tentang cerita menarik yang kujalani selama kurang dari dua pekan ini
Terimakasih

Nyanyian Pasar Sunyi

Jangankan untuk bahagia,

tidur hanya beralaskan kardus dan berselimut angin

Suara suara nakal nyamuk kecil menjadi nina bobo yang paling setia

Sesekali suara bising kucing bertengkar memecah sunyi disudut sudut sempit gelap tempat ini

Lelah sekali bila kusimak satu persatu dari semua itu

Biarlah mungkin memang pantasnya seperti itu disini

Dan aku hanya berharap kantuk datang segera dan memelukku sampai esok...

Memaksa Kantuk II

Malam ini aku masih terduduk diatas sebuah kursi kayu kumuh dipojok sempit sebuah jongko ubi bakar

Dengan lelah yang masih bergantung sedari sore,

malamku kuhabiskan dengan berdiam diri saja

Suara deru keras knalpot-knalpot kendaraan di depan sana

telalu bising didengar telinga karena masih banyak lalu lalang yang tanpa henti

Sesekali kurebahkan kaki diantara sempitnya perabotan butut disekeliling

Ahh lelah sekali hari ini

Rasanya badanku seperti habis terlindas kendaraan raksasa

Kupaksakan saja mataku tuk terpejam,

memaksa kantuk masuk semakin dalam,

meski sulit namun tetap kupaksakan.




Cibitung 19:48

Memaksa Kantuk

Dibawah kerlip lampu pijar yang kumuh ku terbaring malam ini
Terbaring karena lelah seharian membakar kulit dengan terik panas matahari
Tapi biarpun lelah sangat bergelayut, sulit sekali terpejam mataku ini
Entah mungkin benak ini masih terlalu semrawut dengan rencana untuk esok hari yang kian tak pasti
Yasudahlah, biar kupaksakan saja menunggu sampai kantuk lekas datang
Bersama semilir angin dan putaran mesin mesin motor yang tiada henti,
sudah kututup saja hari dengan hiasan kemerlap mimpi ...