Laman

Rabu, 28 September 2016

Fiksi Imaji

Aku ragu terhadapmu
Lebih jauh, aku tak begitu yakin aku mengenalmu
Dalam gambaran pandanganku, kamu berkesan di masa lalu
Lebih dalam lagi aku justru ragu terhadap diriku yang menggambarkanmu sebaik itu
Sempat terpikir, apakan kamu memang semengesankan itu di kenyataan ?
Atau mungkin kesan itu hanya fiksi dalam imajinasiku saja ?
Aduh, tersiksa sekali aku menelaahnya

Aku ingin pergi sekarang, sesegera mungkin pergi menjauh
Menghapus dusta imaji yang racuni hati dengan kesan merindu
Membakar habis gambar-gambar palsu yang kubuat –buat sendiri
Gambar tentangmu yang di kenyataan jauh dari apa yang menjadi jalan cerita di mimpiku

Maaf aku pergi ..

Terakhir Melihatnya

Matahari di hari itu sedikit malu
Mengintip sedikit keluarkan wujudnya
Tak begitu gelap sinarnya terbagi
Cukup untuk hiasi hari perindah wajah yang sedari lama telah indah

Aku hanya memandanginya dari jauh hari itu
Hari dimana yang kutahu adalah hari terakhir aku bisa melihatnya
Wajah nan indah dengan senyum teramat mengagumkan
Elok sekali tergambar jelas dalam ingatan
Aku hanya tersenyum memandanginya, jelas senyum yang konyol
Senyum sebatas menutupi kekhawatiranku tak bisa menemukannya nanti

Anggun sekali dia berjalan hari itu
Dengan baju merah muda berpadu dengan kerudung yang sama warna
Berjalan melewati pintu pintu yang terbuka setengahnya
Dia hampiri beberapa pintu dengan penghuni yang sesekali kulihat bercakap kecil
Lalu tak lama pergi karena dia tahu secepatnya harus bergegas
Itulah kiranya hari terakhir yang sulit aku lupa

Namun bodoh tak dapat dipungkiri
Selama beberapa waktu dia berada di dekat tempatku tinggal
Aku bodoh karena tak pernah sekalipun berbicara panjang dengannya
Pernah suatu ketika, aku hanya mampir ke tempatnya dan orangtuanya membuka usaha
Sekedar memesan seporsi makan untuk kumakan ditempat itu segera
Hanya mendengar beberapa bunyi kata lembut sebatas keharusan semata
Paling bodoh, aku bahkan tak pernah tahu namanya
Aku hanya tahu dia indah, dia sholeha dan dia santun dalam pandangku
Yang terbaik yang pernah aku temui

Sampai nanti wanita santun tetangga depan rumah

Semoga nanti aku tahu siapa kamu

Minggu, 25 September 2016

Tatapan Dari Jauh

Hari hari serasa berlalu begitu cepat
Kita semakin tua seiring hari berputar berganti-ganti
Aku yang seperti ini, di tempat ini
Dan kamu yang masih tinggal disana, disudut kota nan sejuk

Kalau boleh sedikit berlebihan, kamu selalu cantik sampai kini
Dari semenjak aku melihatmu hari itu, semakin indah saja dirimu hari ini
Sumpah demi apapun kamu masih yang terbaik yang aku tahu

Dan dari apa yang kulihat dari kejauhan
Ceriamu adalah satu hal yang kadang membuatku iri dengan harimu
Meski  disisi lain aku bahagia karena hidupmu senantiasa indah karena berkah Tuhan
Tapi ya sudah lah, hidupmu adalah berkahmu dan hidupku adalah kenyataanku
Yang terpenting kita bisa sama-sama jalani dengan misi kelanjutan hidup
Apapun yang terjadi dimasa depan, setidaknya kita saling tahu bahwa kita saling kenal


Selamat melanjutkan hidup

Suara Langit Malam Penuh Warna


Aku sudah mendengar suaramu, tak begitu lama
Suara yang kau buat tiga atau empat tahun lalu
Suara ceriamu didepan media kamera recorder, sebatas itu  sebenarnya

Aku bukan ahli dalam ahli analisis suara, apalagi gerak
Tapi dari suaramu, aku pikir kamu manusia penuh ceria
Lebih banyak tawa dan riang dalam warna harimu
Dengan beberapa manusia hebat dan ceria disekitarmu
Dari gerakmu, aku mengerti bahwa kamu adalah pencinta kebebasan hakiki
Mencintai gerak tak berbatas karena anganmu yang penuh dengan mimpi bersemangat

Oh iya, aku juga mendengar latar belakang musik yang kau putar
Bernada tinggi, bertempo cepat dan bernafaskan teriakan penuh kebebasan, sangat berisik
Sama seperti musikku di masa lalu di usiamu, music yang kunikmati, bukan yang kumainkan

Ahhh ingin rasanya lebih luas mengenalmu
Menyapamu, mendengar senang sedihmu
Tak berharap lebih, karena buatku bisa mengenalmu saja adalah hal luar biasa dalam kenyataanku
Kuharap suatu saat nanti kita bisa bertemu dan berbagi cerita bersama
Sebagai teman yang saling mengenal
Sampai jumpa suatu hari


Jumat, 23 September 2016

Hidup yang Berharga

Hari ini aku hidup, masih hidup dalam takdirku
Bernafas dan bergerak dalam keterbatasan ruang dan waktu
Meski derajat seringkali berubah cepat dalam kenyataan
Aku tetap menatap hari dengan segala hrapan dan upaya kerasku

Sesulit apapun hari untuk ditaklukkan
Dan mimpi yang kadang meredup perlahan
Aku selalu bertahan walau seringkali terjatuh terjerembab begitu dalam

Itulah hidup, yang sebenarnya katanya
Tapi sejauh yang aku sadari, tekadku selalu mantap dalam hati
Jangan pernah melihat kebelakang terlalu dalam
Sekedar menjadikannya acuan introspeksi mungkin bagus
Tapi bukan berarti terlalu sibuk meratapi sampai lupa apa atinya bergerak maju
Melangkah lebih jauh karena hari masih sediakan mimpi yang layak diperjuangkan
Karenanya aku hanya ingin melanjutkan hidupku, seperti apapun itu nanti

Lalu jika nanti suatu hari aku harus berhenti, terpaksa atau ada yang memaksa berhenti
Itu berarti memang hari memaksaku untuk berhenti karena hidup sudah diakhir batas
Lebih jelasnya, mungkin aku harus mati dengan berbagai alasan takdir

Tapi terkadang seberkas khayal pernah hinggap di benakku
Jika saja orang tahu kapan kematian datang dan mengucapkan selamat tinggal
Betapa seperti itu sangat menyenangkan bisa terjadi
Tapi seperti kita tahu, tak mungkin ada takdir seperti itu dicipta Tuhan
Itu sebabnya aku harus hidup dengan cara ini
Karenanya aku harus bekerja keras setiap hari
Berjuang dengan segala macam jalan dan rintangan yang kutemui
Menemukan makna hidup yang tak selalu indah namun selalu memiliki arti tersendiri
Seperti itulah hidup yang kuanggap semua berharga