Matahari di hari itu sedikit malu
Mengintip sedikit keluarkan wujudnya
Tak begitu gelap sinarnya terbagi
Cukup untuk hiasi hari perindah wajah yang sedari lama telah
indah
Aku hanya memandanginya dari jauh hari itu
Hari dimana yang kutahu adalah hari terakhir aku bisa
melihatnya
Wajah nan indah dengan senyum teramat mengagumkan
Elok sekali tergambar jelas dalam ingatan
Aku hanya tersenyum memandanginya, jelas senyum yang konyol
Senyum sebatas menutupi kekhawatiranku tak bisa menemukannya
nanti
Anggun sekali dia berjalan hari itu
Berjalan melewati pintu pintu yang terbuka setengahnya
Dia hampiri beberapa pintu dengan penghuni yang sesekali
kulihat bercakap kecil
Lalu tak lama pergi karena dia tahu secepatnya harus
bergegas
Itulah kiranya hari terakhir yang sulit aku lupa
Namun bodoh tak dapat dipungkiri
Selama beberapa waktu dia berada di dekat tempatku tinggal
Aku bodoh karena tak pernah sekalipun berbicara panjang
dengannya
Pernah suatu ketika, aku hanya mampir ke tempatnya dan
orangtuanya membuka usaha
Sekedar memesan seporsi makan untuk kumakan ditempat itu
segera
Hanya mendengar beberapa bunyi kata lembut sebatas keharusan
semata
Paling bodoh, aku bahkan tak pernah tahu namanya
Aku hanya tahu dia indah, dia sholeha dan dia santun dalam
pandangku
Yang terbaik yang pernah aku temui
Sampai nanti wanita santun tetangga depan rumah
Semoga nanti aku tahu siapa kamu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar