Laman

Jumat, 14 November 2014

Hinggap di Masa Lalu

Hai kawan yang sekarang sudah mapan dalam hidupnya
Hari ini mungkin hidup terasa sedikit lebih mudah dari biasanya
Ya, dari hidup pada kebiasaan masa lalu yang dipenuhi lika-liku tak menentu
Yang dinikmati dari jarak pandang sudut sempit kesenangan dunia

Sedikit membuka lembaran lama
Pada secuil kisah yang dijalani dimasa lalu
Dimana kisah kita selalu berujung pada sumpah serapah suratan takdir
Selalu dan selalu saja ada omong kosong yang menyalahkan salahnya jalan cerita
Yang menurut kita, semestinya lebih baik dari yang dijalani

Dulu disaat nyamuk menjadi pelengkap gelap
Dulu disaat angin menjadi pemeluk erat
Dulu dikala hujan menjadi pengganggu terhebat
Dulu dikala lapak kosong di depan pertokoan menjadi ruangan bintang lima
Masih kita nikmati walau pagi menjadi hal terburuk perusak indahnya lelap

Menjelang siang, kita hanya berjalan ditengah tumpah ruah para penggali dunia
Berharap ada sekoin rupiah untuk menjejal perut sekali waktu
Dengan beberapa tetes keringat dari beratnya beban di pundak
Rasanya nikmat sekali jika upah yang terhitung kecil ini sudah didapat

Tapi itu tak selalu datang setiap waktu
Adakalanya kita mesti lebih kuat menahan lapar lebih siang lagi
Kalau tidak ada orang yang tertarik dengan jasa kita
Otomatis tak ada rupiah digenggam hari ini

Tapi kita tak pernah berpikir hidup berakhir sampai disitu
Masih ada ruang lain yang bisa digali, di tempat lain
Tempat sampah misalnya, atau kotak lain yang menurut orang tak ada arti, kita pungut
Tidak lebih nikmat memang, daripada lauk pauk yang terpajang manis di etalase warung sana
tapi itulah hidup kita, kesempatan kita yang masih bisa dinikmati


***

Hari-hari belakangan ini sedikit lebih cerah
Dengan beberapa pekerjaan ringan yang tak harus terlalu dikeluhkan
Lebih mudah, lebih tidak menguras keringat, lebih bijaksana tentu
Tapi terkadang hidup selalu dipenuhi kenangan lama
Yang meski sudah lebih mudah, tapi masa lalu kadang dirindu

Bila sejenak saja kuhinggapi pikiran pada masa lalu
Kadang sedikit tawa terukir mengingatnya
Untuk segala kisah lama yang dilalui, pahit manis juga perih
Ada segunung rasa syukur yang terbersit di benakku sekarang
Syukur yang timbul dari cerita yang telah lalu
Bersama sahabat yang sama-sama menjadi perusak indah pemandangan kota
Yang hanya dipandang sampah oleh kebanyakan manusia bijaksana pada umumnya

Dan sekarang, lihatlah aku, dan sudah tentu sahabatku
Dengan hari-hari yang lebih normal
Seperti manusia lain yang juga normal
Kita berdiri melangkah untuk cerahnya masa depan yang masih tertutupi
Yang meskipun tinggi, tapi ada kemungkinan yang masih mungkin
Kemungkinan untuk bersyukur dari sudut jiwa yang dulu lebih mengerti sulitnya syukur

Lihatlah kami nanti ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar