Hai kawan yang sekarang sudah mapan dalam hidupnya
Hari ini mungkin hidup terasa sedikit lebih mudah dari biasanya
Ya, dari hidup pada kebiasaan masa lalu yang dipenuhi lika-liku tak menentu
Yang dinikmati dari jarak pandang sudut sempit kesenangan dunia
Sedikit membuka lembaran lama
Pada secuil kisah yang dijalani dimasa lalu
Dimana kisah kita selalu berujung pada sumpah serapah suratan takdir
Selalu dan selalu saja ada omong kosong yang menyalahkan salahnya jalan cerita
Yang menurut kita, semestinya lebih baik dari yang dijalani
Dulu disaat nyamuk menjadi pelengkap gelap
Dulu disaat angin menjadi pemeluk erat
Dulu dikala hujan menjadi pengganggu terhebat
Dulu dikala lapak kosong di depan pertokoan menjadi ruangan bintang lima
Masih kita nikmati walau pagi menjadi hal terburuk perusak indahnya lelap
Menjelang siang, kita hanya berjalan ditengah tumpah ruah para penggali dunia
Berharap ada sekoin rupiah untuk menjejal perut sekali waktu
Dengan beberapa tetes keringat dari beratnya beban di pundak
Rasanya nikmat sekali jika upah yang terhitung kecil ini sudah didapat
Tapi itu tak selalu datang setiap waktu
Adakalanya kita mesti lebih kuat menahan lapar lebih siang lagi
Kalau tidak ada orang yang tertarik dengan jasa kita
Otomatis tak ada rupiah digenggam hari ini
Tapi kita tak pernah berpikir hidup berakhir sampai disitu
Masih ada ruang lain yang bisa digali, di tempat lain
Tempat sampah misalnya, atau kotak lain yang menurut orang tak ada arti, kita pungut
Tidak lebih nikmat memang, daripada lauk pauk yang terpajang manis di etalase warung sana
tapi itulah hidup kita, kesempatan kita yang masih bisa dinikmati
***
Hari-hari belakangan ini sedikit lebih cerah
Dengan beberapa pekerjaan ringan yang tak harus terlalu dikeluhkan
Lebih mudah, lebih tidak menguras keringat, lebih bijaksana tentu
Tapi terkadang hidup selalu dipenuhi kenangan lama
Yang meski sudah lebih mudah, tapi masa lalu kadang dirindu
Bila sejenak saja kuhinggapi pikiran pada masa lalu
Kadang sedikit tawa terukir mengingatnya
Untuk segala kisah lama yang dilalui, pahit manis juga perih
Ada segunung rasa syukur yang terbersit di benakku sekarang
Syukur yang timbul dari cerita yang telah lalu
Bersama sahabat yang sama-sama menjadi perusak indah pemandangan kota
Yang hanya dipandang sampah oleh kebanyakan manusia bijaksana pada umumnya
Dan sekarang, lihatlah aku, dan sudah tentu sahabatku
Dengan hari-hari yang lebih normal
Seperti manusia lain yang juga normal
Kita berdiri melangkah untuk cerahnya masa depan yang masih tertutupi
Yang meskipun tinggi, tapi ada kemungkinan yang masih mungkin
Kemungkinan untuk bersyukur dari sudut jiwa yang dulu lebih mengerti sulitnya syukur
Lihatlah kami nanti ...
"Fiktif ataupun nyata, semua hanya tutur kata yang tak sempat diperdengarkan dan terungkap dalam sedikit karya biasa"
Jumat, 14 November 2014
Jumat, 19 September 2014
Fiksi Fiktif
Aku
memiliki seorang sahabat kecil. Seorang yang sederhana dan sangat
rendah hati dengan kehidupannya yang jauh dari keramaian sosialisasi.
Setiap hari ia hanya berjalan-jalan disekitaran pelataran rumahnya,
untuk sekedar menghilangkan penat atau hanya mengisi luangnya saja.
Hanya itu yang bisa ia lakukan untuk seorang yang kurang beruntung
karena penyakit antraks pada saluran pencernaan yang dideritanya. Ibunya
adalah seorang tua renta tanpa pendidikan yang selayaknya. Karena
itulah ibunya hanya bekerja sebagai seorang kuli angkut di pasar
tradisional di daerah tempatnya tinggal. Sedangkan ayahnya, sudah lama
dia pergi entah kemana sebelum sahabat kecilku lahir ke dunia. Itulah
mengapa sahabat kecilku sangat mencintai ibunya.
Setiap hari sang ibu berangkat bekerja di pagi buta dan pulang saat mahari meninggi di siang hari. Biasanya sepulang bekerja sang ibu membawakan beberapa wadah bubur untuk sahabat kecilku. Bubur dengan beberapa hiasan kecap manis dan kerupuk yang ditaburkan diatasnya. Itulah benda yang ia sebut “Makanan” dalam hidupnya. Karena memang hanya itulah yang bisa ia makan dan aman untuk keadaannya yang sedemikian adanya. Selama bertahun-tahun sahabat kecilku hanya makan makanan semangkuk bubur di pagi dan sore hari, tanpa ada hal lain yang lebih beragam yang biasa oranglain sebut makanan juga. Dari semenjak ia dalam buaian ibunya sampai kini ia sedikit agak besar, sahabat kecilku hanya tau bahwa “makanan” itu adalah semangkuk bubur yang ibunya bawa sepulang dari pasar. Mau tidak mau ia harus mmemakannya, jika tidak mau dan memakan benda lain entah apa yang akan terjadi dengan perutnya yang tak normal itu. Selama itu ia senantiasa bahagia menunggu sang ibu pulang bekerja dengan harapan segera ia santap semangkuk makanan rutin yang tak pernah terganti.
Sampai sekarang, sahabat kecilku hanya tahu bahwa semangkuk bubur yang ibunya bawa adalah “makanan” tanpa pernah tahu ada makanan lain yang juga bisa disebut dengan sebutan “makanan”. Tapi selama itu pula, sahabat kecilku selalu berbahagia dalam hidupnya karena yang ia tahu hanyalah “makanan” yang berbentuk semangkuk bubur itu yang setiap hari ia makan.
Itulah sedikit kisah sahabat kecilku. Dan aku ?? aku jatuh cinta. Aku jatuh cinta pada seorang wanita yang hanya bisa aku nikmati dalam imajinasi dan gambaran ilusi di kepalaku saja. Jatuh cinta pada seorang yang bahkan aku tak pernah tahu nada suaranya. Tak pernah tahu senyum indahnya di kenyataan. Tak pernah tahu apakah suaranya merdu atau menyebalkan. Mencintai seseorang yang hanya bisa kunikmati gambarnya saja, juga sedikit percakapan sosial media yang sedikit banyak sangat berpengaruh pada getaran di dada ini.
Berat, sungguh berat sekali rasanya menerima kenyataan bahwa aku jatuh cinta pada orang yang aku tak pernah tahu dia setinggi apa, sesantun apa saat bertemu, atau apapun itu normalnya dalam sebuah awal dari cerita bodoh bernama Relationship. Sejanak aku berpikir, mungkin bukan sebutan jatuh cinta di keadaanku sekarang ini, lebih tepatnya lagi mungkin aku terjebak dalam sebuah drama cinta yang dangkal. Sebuah keadaan spontanitas yang aku sendiri tak sadari kapan ia sudah menetap dalam diri ini. Dan sekarang, aku bingung, bingung karena apa yang kurasakan adalah sebuah cerita dengan kesia-siaan. Dan tentunya, aku sangat tidak berbahagia dengan semua ini.
Itulah aku. Aku dengan segudang imajinasi dan ilusi di kepalaku, yang sangat pusing aku pilahkan salahsatunya untuk mejadi sebuah kepantasan yang kunamai “cinta sejati”. Karenanya, selamat berbahagialah sahabat kecilku karena ketidaktahuanmu yang mengunci senyum disetiap hari-harimu. Jangan seperti aku, yang terjebak dalam wawasan deskripsi tak jelas beratas namakan “jatuh cinta”. Yang membuatku bingung dan muak sehingga menunda senyum bahagia dalam perjalananku.
Setiap hari sang ibu berangkat bekerja di pagi buta dan pulang saat mahari meninggi di siang hari. Biasanya sepulang bekerja sang ibu membawakan beberapa wadah bubur untuk sahabat kecilku. Bubur dengan beberapa hiasan kecap manis dan kerupuk yang ditaburkan diatasnya. Itulah benda yang ia sebut “Makanan” dalam hidupnya. Karena memang hanya itulah yang bisa ia makan dan aman untuk keadaannya yang sedemikian adanya. Selama bertahun-tahun sahabat kecilku hanya makan makanan semangkuk bubur di pagi dan sore hari, tanpa ada hal lain yang lebih beragam yang biasa oranglain sebut makanan juga. Dari semenjak ia dalam buaian ibunya sampai kini ia sedikit agak besar, sahabat kecilku hanya tau bahwa “makanan” itu adalah semangkuk bubur yang ibunya bawa sepulang dari pasar. Mau tidak mau ia harus mmemakannya, jika tidak mau dan memakan benda lain entah apa yang akan terjadi dengan perutnya yang tak normal itu. Selama itu ia senantiasa bahagia menunggu sang ibu pulang bekerja dengan harapan segera ia santap semangkuk makanan rutin yang tak pernah terganti.
Sampai sekarang, sahabat kecilku hanya tahu bahwa semangkuk bubur yang ibunya bawa adalah “makanan” tanpa pernah tahu ada makanan lain yang juga bisa disebut dengan sebutan “makanan”. Tapi selama itu pula, sahabat kecilku selalu berbahagia dalam hidupnya karena yang ia tahu hanyalah “makanan” yang berbentuk semangkuk bubur itu yang setiap hari ia makan.
Itulah sedikit kisah sahabat kecilku. Dan aku ?? aku jatuh cinta. Aku jatuh cinta pada seorang wanita yang hanya bisa aku nikmati dalam imajinasi dan gambaran ilusi di kepalaku saja. Jatuh cinta pada seorang yang bahkan aku tak pernah tahu nada suaranya. Tak pernah tahu senyum indahnya di kenyataan. Tak pernah tahu apakah suaranya merdu atau menyebalkan. Mencintai seseorang yang hanya bisa kunikmati gambarnya saja, juga sedikit percakapan sosial media yang sedikit banyak sangat berpengaruh pada getaran di dada ini.
Berat, sungguh berat sekali rasanya menerima kenyataan bahwa aku jatuh cinta pada orang yang aku tak pernah tahu dia setinggi apa, sesantun apa saat bertemu, atau apapun itu normalnya dalam sebuah awal dari cerita bodoh bernama Relationship. Sejanak aku berpikir, mungkin bukan sebutan jatuh cinta di keadaanku sekarang ini, lebih tepatnya lagi mungkin aku terjebak dalam sebuah drama cinta yang dangkal. Sebuah keadaan spontanitas yang aku sendiri tak sadari kapan ia sudah menetap dalam diri ini. Dan sekarang, aku bingung, bingung karena apa yang kurasakan adalah sebuah cerita dengan kesia-siaan. Dan tentunya, aku sangat tidak berbahagia dengan semua ini.
Itulah aku. Aku dengan segudang imajinasi dan ilusi di kepalaku, yang sangat pusing aku pilahkan salahsatunya untuk mejadi sebuah kepantasan yang kunamai “cinta sejati”. Karenanya, selamat berbahagialah sahabat kecilku karena ketidaktahuanmu yang mengunci senyum disetiap hari-harimu. Jangan seperti aku, yang terjebak dalam wawasan deskripsi tak jelas beratas namakan “jatuh cinta”. Yang membuatku bingung dan muak sehingga menunda senyum bahagia dalam perjalananku.
Selasa, 25 Maret 2014
Pergi dan Tinggalkan Bebanmu
lelah ? ya memang melelahkan
begitupun saya, tak terkecuali juga mereka
Anda punya obsesi ? begitu pula saya
masih banyak yang ingin saya raih di usia saya yang sangat muda ini
Tapi apa hanya karena alasan sebuah kepastian kamu harus pergi ?
Dengan tanpa kata yang jelas pada orang yang ada dibawahmu ?
Juga dengan sebuah kata maaf yang hanya sekedar basa basi kosong itu ?
ayolahh !!! Ada cara lain yang lebih pantas untuk kau lakukan
Lebih dari sekedar mengejar obsesi karena kebiasaan barumu itu
Cobalah berpikir lebih jernih sedikit kedepan
Berpikir karena apa yang kau lakukan selama ini adalah usaha dalam ikatan kebersamaan
Bukan semata karena keinginan pribadi yang tak jelas itu
Aku mengerti kamu butuh perubahan, butuh perkembangan
Untuk memajukan kualitas hidupmu
Juga impian di masa depanmu
Tapi bukan begini cara yang pantas kau berlakukan untuk orang dibawahmu yang kamu tinggalkan
Pergi dengan segenap pekerjaan yang oranglain asing dengan cara dan tujuannya
Pergi tanpa pesan yang jelas agar semua yang ada disini terus berjalan ke arah yang tepat
memaksa semua orang yang ada disini memulai segalanya dari nol
Bukan kepergianmu yang yang aku sesalkan
Bukan juga tanpa kehadiranmu yang aku sayangkan
Tapi dari caramu meninggalkan semua ini
Aku menjadi sempat berpikir bahwa niat awalmu yang baik itu sudah hilang sejak lama
jauh sebelum hari dimana kamu putuskan kelanjutan hidupmu itu
Karena kulihat belakanga inijuga kamu terlalu sibuk berkutat dengan teman bodohmu itu
Teman pecundangmu yang tak mau berbuat atas nama pengabdian
Yang hanya berlagak benar dihadapan mereka yang punya kebijakan
Juga yag berlaku seperti pemerah susu sapi yang materialistis
Sudahlah, nasi sudah terlanjur menjadi bubur
Omong kosong bila aku hanya mengumpatmu dan teman bodohmu itu
Biarlah lelahku bertambah banyak disertai lelahmu yang kau tinggalkan
IBL39
begitupun saya, tak terkecuali juga mereka
Anda punya obsesi ? begitu pula saya
masih banyak yang ingin saya raih di usia saya yang sangat muda ini
Tapi apa hanya karena alasan sebuah kepastian kamu harus pergi ?
Dengan tanpa kata yang jelas pada orang yang ada dibawahmu ?
Juga dengan sebuah kata maaf yang hanya sekedar basa basi kosong itu ?
ayolahh !!! Ada cara lain yang lebih pantas untuk kau lakukan
Lebih dari sekedar mengejar obsesi karena kebiasaan barumu itu
Cobalah berpikir lebih jernih sedikit kedepan
Berpikir karena apa yang kau lakukan selama ini adalah usaha dalam ikatan kebersamaan
Bukan semata karena keinginan pribadi yang tak jelas itu
Aku mengerti kamu butuh perubahan, butuh perkembangan
Untuk memajukan kualitas hidupmu
Juga impian di masa depanmu
Tapi bukan begini cara yang pantas kau berlakukan untuk orang dibawahmu yang kamu tinggalkan
Pergi dengan segenap pekerjaan yang oranglain asing dengan cara dan tujuannya
Pergi tanpa pesan yang jelas agar semua yang ada disini terus berjalan ke arah yang tepat
memaksa semua orang yang ada disini memulai segalanya dari nol
Bukan kepergianmu yang yang aku sesalkan
Bukan juga tanpa kehadiranmu yang aku sayangkan
Tapi dari caramu meninggalkan semua ini
Aku menjadi sempat berpikir bahwa niat awalmu yang baik itu sudah hilang sejak lama
jauh sebelum hari dimana kamu putuskan kelanjutan hidupmu itu
Karena kulihat belakanga inijuga kamu terlalu sibuk berkutat dengan teman bodohmu itu
Teman pecundangmu yang tak mau berbuat atas nama pengabdian
Yang hanya berlagak benar dihadapan mereka yang punya kebijakan
Juga yag berlaku seperti pemerah susu sapi yang materialistis
Sudahlah, nasi sudah terlanjur menjadi bubur
Omong kosong bila aku hanya mengumpatmu dan teman bodohmu itu
Biarlah lelahku bertambah banyak disertai lelahmu yang kau tinggalkan
IBL39
Jumat, 14 Maret 2014
Terakhir di Ibu Kota
Hari terakhir ditempat ini
Terakhir untuk segala maksud dan tujuan
yang senantiasa beriring dengan kepastian
Ada rasa sedih, senang, haru dan kepuasan diri
Setelah sekian lama disini dan semua yang kukeluarkan untuk maksudku
akhirnya semua sudah selesai
Sedih rasanya meninggalkan segala kekumuhan dan kebisingan pasar yang sudah membiasa akhir akhir ini
Senang karena esok hari aku akan datang ketempat dimana aku bisa pulas tertidur
tentu pulang dengan perasaan yang berbeda karena tujuanku sudah dapat kubawa
Dan sekarang, semua sudah tergantung diri pribadi
Untuk melangkah lebih jauh atau diam membantu
menghabiskan waktu tanpa alasan yang memiliki tujuan yang jelas pada perbaikan
Terimakasih ibukota, terimakasih penderitaan
Segalanya adalah tentang cerita menarik yang kujalani selama kurang dari dua pekan ini
Terimakasih
Terakhir untuk segala maksud dan tujuan
yang senantiasa beriring dengan kepastian
Ada rasa sedih, senang, haru dan kepuasan diri
Setelah sekian lama disini dan semua yang kukeluarkan untuk maksudku
akhirnya semua sudah selesai
Sedih rasanya meninggalkan segala kekumuhan dan kebisingan pasar yang sudah membiasa akhir akhir ini
Senang karena esok hari aku akan datang ketempat dimana aku bisa pulas tertidur
tentu pulang dengan perasaan yang berbeda karena tujuanku sudah dapat kubawa
Dan sekarang, semua sudah tergantung diri pribadi
Untuk melangkah lebih jauh atau diam membantu
menghabiskan waktu tanpa alasan yang memiliki tujuan yang jelas pada perbaikan
Terimakasih ibukota, terimakasih penderitaan
Segalanya adalah tentang cerita menarik yang kujalani selama kurang dari dua pekan ini
Terimakasih
Nyanyian Pasar Sunyi
Jangankan untuk bahagia,
tidur hanya beralaskan kardus dan berselimut angin
Suara suara nakal nyamuk kecil menjadi nina bobo yang paling setia
Sesekali suara bising kucing bertengkar memecah sunyi disudut sudut sempit gelap tempat ini
Lelah sekali bila kusimak satu persatu dari semua itu
Biarlah mungkin memang pantasnya seperti itu disini
Dan aku hanya berharap kantuk datang segera dan memelukku sampai esok...
tidur hanya beralaskan kardus dan berselimut angin
Suara suara nakal nyamuk kecil menjadi nina bobo yang paling setia
Sesekali suara bising kucing bertengkar memecah sunyi disudut sudut sempit gelap tempat ini
Lelah sekali bila kusimak satu persatu dari semua itu
Biarlah mungkin memang pantasnya seperti itu disini
Dan aku hanya berharap kantuk datang segera dan memelukku sampai esok...
Memaksa Kantuk II
Malam ini aku masih terduduk diatas sebuah kursi kayu kumuh dipojok sempit sebuah jongko ubi bakar
Dengan lelah yang masih bergantung sedari sore,
malamku kuhabiskan dengan berdiam diri saja
Suara deru keras knalpot-knalpot kendaraan di depan sana
telalu bising didengar telinga karena masih banyak lalu lalang yang tanpa henti
Sesekali kurebahkan kaki diantara sempitnya perabotan butut disekeliling
Ahh lelah sekali hari ini
Rasanya badanku seperti habis terlindas kendaraan raksasa
Kupaksakan saja mataku tuk terpejam,
memaksa kantuk masuk semakin dalam,
meski sulit namun tetap kupaksakan.
Cibitung 19:48
Dengan lelah yang masih bergantung sedari sore,
malamku kuhabiskan dengan berdiam diri saja
Suara deru keras knalpot-knalpot kendaraan di depan sana
telalu bising didengar telinga karena masih banyak lalu lalang yang tanpa henti
Sesekali kurebahkan kaki diantara sempitnya perabotan butut disekeliling
Ahh lelah sekali hari ini
Rasanya badanku seperti habis terlindas kendaraan raksasa
Kupaksakan saja mataku tuk terpejam,
memaksa kantuk masuk semakin dalam,
meski sulit namun tetap kupaksakan.
Cibitung 19:48
Memaksa Kantuk
Dibawah kerlip lampu pijar yang kumuh ku terbaring malam ini
Terbaring karena lelah seharian membakar kulit dengan terik panas matahari
Tapi biarpun lelah sangat bergelayut, sulit sekali terpejam mataku ini
Entah mungkin benak ini masih terlalu semrawut dengan rencana untuk esok hari yang kian tak pasti
Yasudahlah, biar kupaksakan saja menunggu sampai kantuk lekas datang
Bersama semilir angin dan putaran mesin mesin motor yang tiada henti,
sudah kututup saja hari dengan hiasan kemerlap mimpi ...
Terbaring karena lelah seharian membakar kulit dengan terik panas matahari
Tapi biarpun lelah sangat bergelayut, sulit sekali terpejam mataku ini
Entah mungkin benak ini masih terlalu semrawut dengan rencana untuk esok hari yang kian tak pasti
Yasudahlah, biar kupaksakan saja menunggu sampai kantuk lekas datang
Bersama semilir angin dan putaran mesin mesin motor yang tiada henti,
sudah kututup saja hari dengan hiasan kemerlap mimpi ...
Kamis, 16 Januari 2014
Ruangan Para Pembohong Bijak
Aku tumbuh dengan segala bentuk omong kosong
Dibesarkan dengan begitu banyak kebencian
Dikelilingi para pembenci yang merasa dirinya paling idealis
Selalu benar tanpa cacat pada tindakannya
Merasa paling bijak diantara para pembohong besar satu sama lain
Dengan kebohongan aku mulai mengubah pola pikir
Dengan harapan palsu saya beranjak bangun untuk mengubah harapan
Disertai beberapa kenyataan pahit yang sedari dulu sudah membiasa
Juga sekian banyak pikiran picik yang kapanpun bersiap menusuk dari arah terlengah
Dari sana aku menjadi seperti sekarang
Dari sedikit kebijaksanaan yang tersisip dari gelapnya ruang negatif
Aku tumbuh dewasa dengan hati yang mengeras karena kebiasaan pahit
Yang sudah biasa terluka karena biasa pula menahannya
Yang senantiasa bertahan meski sakitnya bermacam rasa
Dan sekarang, saat semuanya mulai terlihat mengacau
Aku takkan risau dengan segala keputusan diri
Mati disini, atau membangkai diluar sana
Sakitpun tiada peduli kuhadapi

Dikelilingi para pembenci yang merasa dirinya paling idealis
Selalu benar tanpa cacat pada tindakannya
Merasa paling bijak diantara para pembohong besar satu sama lain
Dengan kebohongan aku mulai mengubah pola pikir
Dengan harapan palsu saya beranjak bangun untuk mengubah harapan
Disertai beberapa kenyataan pahit yang sedari dulu sudah membiasa
Juga sekian banyak pikiran picik yang kapanpun bersiap menusuk dari arah terlengah
Dari sana aku menjadi seperti sekarang
Dari sedikit kebijaksanaan yang tersisip dari gelapnya ruang negatif
Aku tumbuh dewasa dengan hati yang mengeras karena kebiasaan pahit
Yang sudah biasa terluka karena biasa pula menahannya
Yang senantiasa bertahan meski sakitnya bermacam rasa
Dan sekarang, saat semuanya mulai terlihat mengacau
Aku takkan risau dengan segala keputusan diri
Mati disini, atau membangkai diluar sana
Sakitpun tiada peduli kuhadapi
Senin, 06 Januari 2014
Sakitnya Mati
Pernah berpikir tentang mati ??
Tentang misteri waktu dan keadaan yang menyelimuti
Tentang misteri waktu dan keadaan yang menyelimuti
Bisa dua detik kedepan, satu menit
kedepan
besok atau lusa, mungkin tidak lama setelah kita berdiri di tempat ini
besok atau lusa, mungkin tidak lama setelah kita berdiri di tempat ini
Disadari atau tidak, terlalu banyak
rahasia tentang mati
Beberapa orang takut akan mati,
mungkin sebagian besar
Sebagian dari mereka yang mencintai
dunia
Menikmati kemakmuran dan berada
dalam lingkup kebahagiaan
Takut karena meninggalkan kenyataan
indah, atau hanya kesiapan yang selalu jadi
pertanyaan
Intinya mereka takut tentang sebuah
kepastian yang masih misteri
Iya, yang pasti datang namun tak
jelas waktunya kapan akan datang
Bagiku, mati adalah sebuah
pencapaian
Harus dipersiapkan, tapi tak perlu
terlalu panik menyambutnya
Bukan berarti tanpa ketakutan, ada
sedikit tersisa dalam benak ciutku
tapi hanya sebatas keraguan dari
persiapan saja
Dan bagiku, pada dasarnya bukan
mati yang membuat takut
Sakitnya saja yang membuatku banyak
ragu
Iya, sakit itu yang mengalahkan
egoku untuk segera berhadapan
Bila nanti kemudian tiba giliranku
untuk mati
Sedikit saja harapanku, jangan buat
sakitnya menghampiriku
Mati hari ini saja aku siap,
asalkan sakitnya tidak usah mampir
Untukku yang meninggalkan, juga mereka yang kutinggalkan
L39i
IBL
IBL
Langganan:
Postingan (Atom)