Laman

Jumat, 16 Desember 2016

Disudut Kota Nan Ramai

Tiada hari tanpa pacuan suara derap kaki yang saling beradu bising meriahkan kota. 
Dengan begitu banyak hentakan mesin transportasi memacu gas memekik klakson tergesa. Membangunkan kota yang sekitar 3jam lalu masih berselimut lampu penerang jalan.

Kembali, hari-hari menjadi hidup karena begitu banyak insan menginginkan harapan yang nyatanya masih dalam tahap pengejaran
Kota meramai seiring matahari meninggi menyembur terik
Membising berbarengan dengan teriakan teriakan kencang para pemburu mimpi

Beribu kepala berbeda mimpi, berjuta jalan bercarut cara menyusun tali penyambung hidup
Sikut beradu, pikir saling bersiasat
Menjatuhkan siapa saja lawan atau kawan yang jadi halang rintang menuju gerbang harapan fana

Siapapun kamu, apapun kamu, darimanapun asalmu, jika kamu memilih untuk tetap hidup maka apa salahnya bertahan dengan menjadi musuh bagi kawan sekalipun yang menghadangmu
Hidup adalah jalan, dan harga diri adalah pencapaian
Begitu katanya

Adakah dunia nyata dalam damai ? 
Yang tanpa permusuhan dalam kesibukan? 
Yang tiada perlu menjatuhkan untuk sekedar mengakuisisi harga diri ? 
Yang tak perlu membunuh kawan untuk harapan kesejahteraan dalam hitungan matematis?

Ah sudahlah. Apa pula aku perduli dengan dunia
Lagipula hidup hanya perlu dijalani
Dimanapun nafas diulur tarik, kapanpun mata tertuju pandang, dan kaki yang bergerak maju menentu arah
Mari bersibuk diri menata pribadi agar hari esok tak terlalu dalam tenggelam tertelan kejam

Doaku untuk segala kesibukan yang masih dalam jalur kebijaksanaan
Semoga dunia tak mengubahmu untuk indahnya nurani yang sudah Tuhan ciptakan sedari dia tiupkan ruh di jasadmu. 

Senin, 28 November 2016

Aku yang naif, dan kamu yang mengesankan

Kamu siapa ? aku tak kenal kamu. Aku bahkan tak pernah bertegur sapa dalam nyata denganmu. Aku hanya tau namamu, dengan sedikit tambahan info tentang tanggal kelahiranmu, itupun karena tuntutan pengetahuan dari social media.

Aku pernah ingin mengenalmu, tapi kini sudah tidak lagi. Aku tak membencimu, hanya tak ingin mengenalmu sampai kemudian mengingatmu.


Tapi saat beberapa waktu lalu kamu menyapa dalam rangkaian kata, dan aku merasa terkesan. Saat itu  aku tahu aku masih berharap kepadamu. Aku terlalu naïf untuk keteguhanku melupakanmu. Aku bodoh, aku pecundang, aku labil. Aku lemah karena niatku tak kujaga dengan teguh. Aku benci pada aku yang selemah ini membiarkan kenaifanku menguasai niat kerasku. Maafkan aku diriku. 

Jumat, 11 November 2016

Bukan Diary

Aku benci diriku yang seakan kehilangan seseorang yang berharga di hidupku. Siapa dia aku tak tahu, dimana dia aku tak peduli, apapun dia aku tak ingin tahu. Siapapun kamu yang masih indah dalam kekosonganku, aku hanya ingin secepatnya melupakanmu. Menghilangkanmu dalam lembaran harap yang ku ukir dalam hari-hariku. Bayangmu mengganggu, seakan merongrong memintaku mengejarmu untuk kemudian mendapatkanmu. Ahh aku semakin benci diriku. Saat kutulis omong kosong ini diujung tarian jariku diatas keyboard, aku tahu aku mulai teringat dan mulai mennggambar jauh mengada-ngada dengan imaji yang seakan mendorongku lebih dalam melukismu. Arrrggghh aku benci.....

Insomnia Tak Berarti

Sudah hampir pukul dua pagi
Badan terasa lelah namun mata tak jua kunjung mengerti

Sedari tadi badan hanya bergelayut putar kesana kemari mencari posisi nyaman
Namun apa daya lelah tak cukup kuat memaksa kantuk berujung lelap

Pikirku masih sibuk melayang membayang esok yang tiada pasti
Berputar mengelilingi ruang khayal karena solusi untuk esok hari tak kunjung kutemui

Demi Tuhan aku teramat lelah dengan semua ini
Dengan malam yang kujajaki terlalu larut sampai pagi berujung terang

Atas nama lelah yang sedari lama menuntut pejam
Kumohon ijinkan aku lepas insomnia sia-sia ini untuk beberapa saat
Sampai esok dimana matahari mulai nampak perlahan dengan hangatnya
Ayolah ... /kumohon ..

Rabu, 28 September 2016

Fiksi Imaji

Aku ragu terhadapmu
Lebih jauh, aku tak begitu yakin aku mengenalmu
Dalam gambaran pandanganku, kamu berkesan di masa lalu
Lebih dalam lagi aku justru ragu terhadap diriku yang menggambarkanmu sebaik itu
Sempat terpikir, apakan kamu memang semengesankan itu di kenyataan ?
Atau mungkin kesan itu hanya fiksi dalam imajinasiku saja ?
Aduh, tersiksa sekali aku menelaahnya

Aku ingin pergi sekarang, sesegera mungkin pergi menjauh
Menghapus dusta imaji yang racuni hati dengan kesan merindu
Membakar habis gambar-gambar palsu yang kubuat –buat sendiri
Gambar tentangmu yang di kenyataan jauh dari apa yang menjadi jalan cerita di mimpiku

Maaf aku pergi ..

Terakhir Melihatnya

Matahari di hari itu sedikit malu
Mengintip sedikit keluarkan wujudnya
Tak begitu gelap sinarnya terbagi
Cukup untuk hiasi hari perindah wajah yang sedari lama telah indah

Aku hanya memandanginya dari jauh hari itu
Hari dimana yang kutahu adalah hari terakhir aku bisa melihatnya
Wajah nan indah dengan senyum teramat mengagumkan
Elok sekali tergambar jelas dalam ingatan
Aku hanya tersenyum memandanginya, jelas senyum yang konyol
Senyum sebatas menutupi kekhawatiranku tak bisa menemukannya nanti

Anggun sekali dia berjalan hari itu
Dengan baju merah muda berpadu dengan kerudung yang sama warna
Berjalan melewati pintu pintu yang terbuka setengahnya
Dia hampiri beberapa pintu dengan penghuni yang sesekali kulihat bercakap kecil
Lalu tak lama pergi karena dia tahu secepatnya harus bergegas
Itulah kiranya hari terakhir yang sulit aku lupa

Namun bodoh tak dapat dipungkiri
Selama beberapa waktu dia berada di dekat tempatku tinggal
Aku bodoh karena tak pernah sekalipun berbicara panjang dengannya
Pernah suatu ketika, aku hanya mampir ke tempatnya dan orangtuanya membuka usaha
Sekedar memesan seporsi makan untuk kumakan ditempat itu segera
Hanya mendengar beberapa bunyi kata lembut sebatas keharusan semata
Paling bodoh, aku bahkan tak pernah tahu namanya
Aku hanya tahu dia indah, dia sholeha dan dia santun dalam pandangku
Yang terbaik yang pernah aku temui

Sampai nanti wanita santun tetangga depan rumah

Semoga nanti aku tahu siapa kamu

Minggu, 25 September 2016

Tatapan Dari Jauh

Hari hari serasa berlalu begitu cepat
Kita semakin tua seiring hari berputar berganti-ganti
Aku yang seperti ini, di tempat ini
Dan kamu yang masih tinggal disana, disudut kota nan sejuk

Kalau boleh sedikit berlebihan, kamu selalu cantik sampai kini
Dari semenjak aku melihatmu hari itu, semakin indah saja dirimu hari ini
Sumpah demi apapun kamu masih yang terbaik yang aku tahu

Dan dari apa yang kulihat dari kejauhan
Ceriamu adalah satu hal yang kadang membuatku iri dengan harimu
Meski  disisi lain aku bahagia karena hidupmu senantiasa indah karena berkah Tuhan
Tapi ya sudah lah, hidupmu adalah berkahmu dan hidupku adalah kenyataanku
Yang terpenting kita bisa sama-sama jalani dengan misi kelanjutan hidup
Apapun yang terjadi dimasa depan, setidaknya kita saling tahu bahwa kita saling kenal


Selamat melanjutkan hidup

Suara Langit Malam Penuh Warna


Aku sudah mendengar suaramu, tak begitu lama
Suara yang kau buat tiga atau empat tahun lalu
Suara ceriamu didepan media kamera recorder, sebatas itu  sebenarnya

Aku bukan ahli dalam ahli analisis suara, apalagi gerak
Tapi dari suaramu, aku pikir kamu manusia penuh ceria
Lebih banyak tawa dan riang dalam warna harimu
Dengan beberapa manusia hebat dan ceria disekitarmu
Dari gerakmu, aku mengerti bahwa kamu adalah pencinta kebebasan hakiki
Mencintai gerak tak berbatas karena anganmu yang penuh dengan mimpi bersemangat

Oh iya, aku juga mendengar latar belakang musik yang kau putar
Bernada tinggi, bertempo cepat dan bernafaskan teriakan penuh kebebasan, sangat berisik
Sama seperti musikku di masa lalu di usiamu, music yang kunikmati, bukan yang kumainkan

Ahhh ingin rasanya lebih luas mengenalmu
Menyapamu, mendengar senang sedihmu
Tak berharap lebih, karena buatku bisa mengenalmu saja adalah hal luar biasa dalam kenyataanku
Kuharap suatu saat nanti kita bisa bertemu dan berbagi cerita bersama
Sebagai teman yang saling mengenal
Sampai jumpa suatu hari


Jumat, 23 September 2016

Hidup yang Berharga

Hari ini aku hidup, masih hidup dalam takdirku
Bernafas dan bergerak dalam keterbatasan ruang dan waktu
Meski derajat seringkali berubah cepat dalam kenyataan
Aku tetap menatap hari dengan segala hrapan dan upaya kerasku

Sesulit apapun hari untuk ditaklukkan
Dan mimpi yang kadang meredup perlahan
Aku selalu bertahan walau seringkali terjatuh terjerembab begitu dalam

Itulah hidup, yang sebenarnya katanya
Tapi sejauh yang aku sadari, tekadku selalu mantap dalam hati
Jangan pernah melihat kebelakang terlalu dalam
Sekedar menjadikannya acuan introspeksi mungkin bagus
Tapi bukan berarti terlalu sibuk meratapi sampai lupa apa atinya bergerak maju
Melangkah lebih jauh karena hari masih sediakan mimpi yang layak diperjuangkan
Karenanya aku hanya ingin melanjutkan hidupku, seperti apapun itu nanti

Lalu jika nanti suatu hari aku harus berhenti, terpaksa atau ada yang memaksa berhenti
Itu berarti memang hari memaksaku untuk berhenti karena hidup sudah diakhir batas
Lebih jelasnya, mungkin aku harus mati dengan berbagai alasan takdir

Tapi terkadang seberkas khayal pernah hinggap di benakku
Jika saja orang tahu kapan kematian datang dan mengucapkan selamat tinggal
Betapa seperti itu sangat menyenangkan bisa terjadi
Tapi seperti kita tahu, tak mungkin ada takdir seperti itu dicipta Tuhan
Itu sebabnya aku harus hidup dengan cara ini
Karenanya aku harus bekerja keras setiap hari
Berjuang dengan segala macam jalan dan rintangan yang kutemui
Menemukan makna hidup yang tak selalu indah namun selalu memiliki arti tersendiri
Seperti itulah hidup yang kuanggap semua berharga




Minggu, 24 Juli 2016

Tulisku Untuk Septa

Untukmu yang semakin beranjak dewasa
Aku begitu sungguh mencintaimu dengan segala pemahamanku dalam mengartikan rasa
Mencintaimu karena kebaikanmu, menerimamu karena kutahu kamu dengan baik
Itu sudah sangat lebih dari cukup buatku

Tapi hari ini maafkan aku yang semakin memudar dalam jarak
Semakin jauh karena hari hari begitu berat untuk membawamu  berlari bersama
Semakin terasa berat karena melihatmu begitu lelah untuk mengerti aku
Maafkan aku, maafkan dengan segala ikhlasmu

Yang harus kamu tahu
Aku memudar bukannya melarikan diri
Hari itu saat  membicarakan kepastian masa depan kita, aku jadi mengerti
Kecuali dirimu yang tulus, aku tak pernah berharap bisa menjadi apapun di masa depan
Jadi biarlah sekarang aku pergi dan berlalu untuk masa depan yang mungkin ada perbaikan nyata
Sekalipun baru dimulai sekarang, aku hanya ingin mencari kelayakan takdir untuk bisa meringankan beban kita jika suatu saat bertemu kembali

Dan untuk kepergianku yang konyol ini, biarlah berlalu begitu saja
Tak perlu terlalu berat kau ingat
Fokuskan dirimu untuk apa yang membuatmu hidup dengan segala cita citamu
Kuyakin suatu saat kamu menjadi apa yang lebih baik dari segala mimpimu
Karenanya, kau harus berjuang mewujudkan segala inginmu
Jangan Cuma bisa berkata kamu mau berhasil, tapi berjuanglah dengan sungguh dan berkuat tekad

Belajarlah dengan baik, kamu pasti bisa mewujudkannya, aku sungguh yakin akan hal itu

Apa Arti Kebanggan

Apa yang kumiliki saat ini mungkin hilang suatu saat
Habis terkikis waktu atau hilang tak jelas sebab
Bagiku, hari ini adalah perjalanan dimana hari adalah waktu yang harus dilewati per setiap nafas
Jadi apapun yang terjadi biarlah seperti seharusnya
Berjalan dan berlalu seperti angin di hari hari sebelumnya

Dan untuk segala kebanggan yang dikejar dengan segenap kesungguhan
Semoga menjadikan apa yang indah dan tidak untuk senantiasa disyukuri
Karena buatku kebanggaan hanya sebatas tali pembatas dalam peencapaian
Toh hari ini seperti biasanya aku terbangun, bersiap dan bekerja seperti hari hari sebelumnya
Mengalir dengan sedemikian sederhana
Tak ada yang berubah dengan kebanggaan yang dikejar setengah mati itu

Karena harga diri tetaplah taruhan paling mahal untuk sebuah perjalanan dalam pengejaran suatu kebanggaan

Selasa, 28 Juni 2016

Cintaku Maksimal

Mencintai dan dicintai, adalah dua tindakan yang saling terhubung dan sama rasa
Sama-sama cinta, sama-sama satu visi
Selesai sudah

Mencintai karena dicintai lain lagi, itu adalah cerita yang bermula dari sebuah kepedulian satu pihak
Berjalan menjadi rasa yang tumbuh menuju kesamaan rasa
Seringkali berujung indah jika yang berjuang sama gigihnya dengan yang diperjuangkan
Kebanyakan berujung indah, namun beberapa terpisah karena perjuangan satu pihak tak dihargai dengan sungguh

Dan aku, aku mencintaimu dengan sungguh, dengan sepenuh hati
Belajar dari setitik kepedulian, berjalan menuju kebesaran hati menerima kekurangan dan kelebihan
Semoga yang terbaik untuk jalan hidup kita
Dengan perjuanganku yang sungguh-sungguh, juga tulusmu yang teramat tangguh
Terima kasih. Cinta ... Ikhlasku dan ikhlasmu adalah kesatuan yang paling indah

Pemimpi Kecil Egois

Seiring waktu yang kian berlari kencang
Aku belajar menjadi diri yang tak terbatas
Eksplorasi diri dan membaca situasi
Berkeras untuk menjadi jiwa yang kian membaik

Semua kata yang terdengar menjatuhkan
Kini sedikitpun tak kuhiraukan dan tak dengan sungguh kucerna dalam
Bahkan jiwa kubiasakan buta untuk kalimat sampah penuh cela

Aku bukan big man dengan dengan taraf hidup yang membanggakan
Bukan pula pejuang tangguh yang bertahan tanpa tersentuh
Aku hanya seorang pemimpi kecil yang coba bertahan ditengah haluan badai gersang
Melalui jalan setapak kecil demi terubahnya nasib baik
Dengan sedikit kesempatan namun tak sudi mati dalam hina

Sampai hari dimana aku menatap langit langit kusam penuh bercak
Kupikir hidupku masih sangat layak untuk diperjuangkan
Aku mandiri berdiri berpijak di atas kakiku sendiri
Tak sedikitpun beranjak untuk menyerah menyapu segala bersit pesimisme
Meski terkadang aku bingung membedakan mana hidup mandiri dan mana sikap egois

Egois karena aku berjalan sendiri tanpa mereka bisa kurangkul bersama

Senin, 20 Juni 2016

Kamu, begitu ....

Seringkali aku bahkan tidak mengerti
Hatiku berdebar ketika kamu bicara padaku
Kurasa itu normal terjadi pada orang yang menunggu cinta

Tapi sekarang aku merasa lelah
Aku bahkan tak bisa membayangkan apa yang harus kulakukan
Dan ketika aku mulai begitu mencintaimu, aku terhenyak saat kenyataan begitu jelas tergambar disaat ini
Kenyataan bahwa diantara kita ada batas yang tak bisa disebrangi

Aku begitu sadar dengan kenyataan
Tapi mengapa aku tak bisa membiarkanmu pergi?
Aku terus menegur diri sendiri dan menyalahkan diriku
Tapi semakin aku memojokan diri, semakin pula aku tak bisa mnghapusmu

Ketahuilah, kamu adalah orang pertama yang aku rela segalanya kuberikan padamu

Senin, 13 Juni 2016

Hujan Pasti Reda



Hari ini hujan sangat lebat
Aku hanya berlari menepi mencari tempat berteduh setiap kali hujan turun
Itu kulakukan karena aku tak pernah secara rutin membawa payung
Mungkin karena aku hidup sendiri
Jadi tak ada yang peduli ataupun mengkhawatirkanku meskipun aku basah kuyup kehujanan
Karenanya tak masalah aku membawa payung ataupun tidak


Aku selalu percaya, tak perlu khawatir saat hujan turun
Cepat atau lambat hujan pasti akan reda dan matahari perlahan muncul lebih terang
Seperti hariku, meskipun perjalanan hidup dengan kesendirian menjengahkan belakangan ini
Tapi aku yakin suatu saat akan kutemukan seseorang yang tepat dalam kehidupan masa depanku
Seperti itulah aku dengan pemikiranku yang kuno


Sekarang usiaku 23 tahun, dan aku masih sendiri menunggu orang yang tepat  untuk perjalananku nanti
Dan semoga kalimat ‘’suatu saat’’ bukan saat yang terlalu lama datang


June 12